Jika kita ditanya oleh seseorang " Ketika barunya alam itu menjadi suatu bukti akan adanya wujud Allah , maka apakah buktinya jika alam itu baru ? Maka kita menjawabnya " bahwa alam itu
terdiri dari jirim-jirim ( atom /
jauhar ) dan sifat-sifat ( a'rold =
sesuatu yang baru ) , tidak bisa tidak . Dan sifat-sifat yang ada pada alam itu , seperti sifat bergerak dan diam , itu adalah sesuatu baru . Sifat itu ada setelah yang sebelumnya tidak
ada . Dengan bukti , kita mengetaui bahwa sifat-sifat itu
berubah , dari yang asalnya ada menjadi tidak ada , dan dari tidak ada menjadi ada . Seperti , kadang kita melihat sifat diam itu ada pada tumbuhan , tapi suatu ketika sifat
diam itu menjadi tidak ada , berganti menjadi sifat bergerak . Dan dari perubahan inilah , dari yang asalnya ada menjadi tidak ada atau sebaliknya , bisa kita ketahui bahwa sifat-sifat itu mempunyai awal dan juga akhir . Dan setiap
sesuatu yang mempunyai awal itu
sudah pasti mempunyai sifat baru . Dan jirim/jisim/atom , sebagai salah satu penyusun alam , itu saling bermulazamah
( tetap menetapi ) dengan sifat- sifat ( a'radl ) tadi . Jirim-jirim itu tidak mungkin tidak memiliki sifat-sifat tadi , dan suatu sifat
( a'rald ) tadi pun juga pasti mempunyai jisim . Dan setiap sesuatu yang bermulazamah dengan sesuatu yang baru , maka sesuatu tersebut juga baru . Maka bisa kita katakan bahwa jirim itu adalah baru , ada setelah ketiadaan , sebagaimana sifat-sifat tadi . Maka alam pun , sebagai sesuatu yang tersusun dari jirim dan a'rald , juga baru . Karena ia tersusun dari sesuatu yang baru .
Dan dari pembahasan di atas , bisa kita katakan " Jirim itu saling bermulazamah dengan sifat-sifat yang baru (a'radl ) , dan setiap yang bermulazamah dengan sesuatu yang baru itu juga baru " . Maka akan mengeluarkan suatu natijah bahwa " jisim itu baru " . Dan barunya jirim dan
juga a'radl , sebagai susunanya alam , itu menjadi bukti akan adanya Allah Subhanahu wa Ta'ala . Karena setiap sesuatu
yang baru itu harus ada dzat yang membarukan , dan tidak ada dzat yang membarukan kecuali hanya Allah Subhanahu wa
Ta'ala saja . Maka tetaplah adanya sifat wujud bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala , dan ketika sifat wujud sudah tetap pada Allah Subhanahu wa Ta'ala , maka mustahillah sifat adam bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang mana sifat adam tersebut adalah antonim dari sifat wujud .
~ Wa Billaahi At-Taufiiqu ~
Komentar
Posting Komentar